Referendum Catalunya yang dilaksanakan pada Minggu (1/10)
menunjukkan bahwa 90 persen masyarakat Catalunya setuju untuk merdeka
dari Spanyol. Presiden Catalunya Carles Puigdemont pun berjanji akan
mendeklarasikan kemerdekaan Catalunya dalam waktu 48 jam setelah
pengumuman hasil referendum tersebut. Namun Catalunya kemungkinan tidak
akan memerdekakan diri secara sepihak, karena hal ini akan memperparah
keretakan dan semakin memicu kekerasan.
Para pemberi suara di wilayah Catalunya, Spanyol, memilih untuk
merdeka dalam sebuah referendum yang dipersengketakan pada Minggu
(1/10), yang menyebabkan lebih dari 800 orang terluka setelah kerusuhan
dimana polisi Spanyol menggunakan tongkat dan peluru karet kepada para
penduduk sipil yang berusaha memberikan suara mereka.
“Catalunya telah memenangkan hak untuk menjadi sebuah negara
merdeka,” ujar Presiden Catalan Carles Puigdemont setelah pemungutan
suara, seperti yang dikutip
oleh Associated Press. Ia juga membuat sebuah janji pemilu untuk secara
sepihak mendeklarasikan kemerdekaan di wilayah tersebut, jika hasil
referendum setuju untuk merdeka.
Puigdemont menambahkan bahwa ia akan meminta Uni Eropa untuk
menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia selama pemungutan suara
tersebut, dan menuduh Spanyol yang mengukir “hal memalukan lainnya dalam
sejarah Spanyol dengan Catalunya.”
Sebanyak 90 persen dari 2.26 juta penduduk Catalan yang memberikan
suara, memilih untuk merdeka. Sedangkan 15 ribu suara masih dihitung,
menurut para pejabat pemerintah regional Catalan. Sebanyak 5.3 juta
penduduk yang memiliki hak untuk memilih di wilayah tersebut, tidak
dapat melakukannya setelah polisi menyita surat-surat suara, seperti
yang dilaporkan oleh AP.
Memang, hasil referendum tersebut menunjukkan indikasi pilihan yang
kuat untuk memerdekakan Catalan dari Spanyol. Namun berikut adalah
beberapa alasan, mengapa nampaknya hal tersebut tidak akan terjadi.
Apa Itu Catalunya dan Mengapa Mereka Mengadakan Pemungutan Suara?
Catalunya adalah sebuah wilayah di Spanyol yang terpisah dari
Perancis di Pegunungan Pirenia di sebelah utara. Catalunya berada di
sepanjang pesisir Mediterania, mencakup kota kedua Spanyol Barcelona,
dan berakhir di atas Valencia—wilayah yang telah menjadi bagian dari
Spanyol sejak abad ke-15.
Bicara
Catalunya, maka tidak bisa kita lepas dari bayang-bayang kota Barcelona
yang merupakan ibukota provinsi tersebut. Bicara Barcelona maka akan
kita mengenang klub sepakbola raksasa Barcelona FC. Bicara Catalunya ini
memang bersentuhan dengan potensi politik, ekonomi, bidaya dan
olahraga.
Kelompok separatis telah lama mengatakan bahwa Catalunya—yang perekonomiannya lebih besar
daripada Portugal dan menghasilkan sekitar seperlima dari total PDB
Spanyol—memberikan lebih banyak daripada yang mereka dapatkan. Argumen
ini telah menarik banyak pihak, ketika terjadinya krisis keuangan pada
tahun 2008. Menurut
Reuters, Catalunya berkontribusi pajak sebesar $12 miliar lebih banyak
daripada yang didapatkannya dari Madrid, sementara wilayah termiskin di
Spanyol Andalusia, menerima $9.5 miliar lebih banyak dari yang
dibayarkan.
Namun faktor identitas politik dan masalah ekonomi di wilayah
tersebut juga masih terasa sejak rezim fasis Francisco Franco. Diktator
Spanyol tersebut melarang bahasa Catalan dari
sistem sekolah dan menindas institusi-institusi Catalan. Setelah
pemerintah menolak untuk mengalokasikan dana untuk wilayah tersebut,
atau menolak memberikan kemerdekaan fiskal pada tahun 2012, beberapa
mengatakan bahwa masyarakat Catalan masih ditekan oleh Madrid.
Mengapa Polisi Menyerang Pemungutan Suara Tersebut?
Rekaman video
pada Minggu (1/10) menunjukkan polisi yang memukul, mendorong, dan
menendang para peserta protes yang tidak bersenjata dalam sebuah
kekerasan yang memicu kecaman dari para politisi senior Uni Eropa, dan
pihak lainnya.
Layanan kesehatan Catalunya melaporkan bahwa 844 orang telah dirawat
di rumah sakit dan mengalami luka akibat peluru karet, menurut AP.
Sebagai balasannya, Kementerian Dalam Negeri mengunggah video yang menunjukkan para peserta protes yang melemparkan benda-benda ke arah polisi—dimana 33 petugas polisi dikabarkan terluka.
Kekerasan tersebut terjadi setelah polisi berusaha menegakkan
perintah hakim untuk menahan referendum tersebut, dimana Perdana Menteri
Spanyol Mariano Rajoy menyebutnya ilegal dan tidak konstitusional.
Sebelum pemungutan suara tersebut, Petugas Sipil Spanyol telah
menggerebek kantor pemerintah regional Catalan dan menyita jutaan surat
suara; dan saat hal tersebut dilakukan, polisi menghancurkan pintu-pintu
tempat pemungutan suara, menyita kotak-kotak suara, dan menahan para
peserta protes yang menghalangi mereka.
Pada Minggu (1/10), Rajoy berterima kasih kepada polisi karena telah
bertindak “tegas dan tulus”. Menteri Luar Negeri Spanyol Alfonso Dastis
mengatakan bahwa kekerasan ini “amat disayangkan” namun menyebut bahwa
tindakan polisi sudah “sesuai”.
Komentar seperti itu kemungkinan akan meningkatkan ketegangan di
Catalunya dan membangkitkan dukungan terhadap usaha kemerdekaan wilayah
tersebut.
Apa yang Terjadi Sekarang?
Walau Puigdemont telah menyatakan bahwa ia akan mendeklarasikan
kemerdekaan Catalunya dalam waktu 48 jam setelah hasil referendum
diumumkan, namun pernyataan resmi dari Madrid mengatakan bahwa hasil
referendum tersebut tidak ada artinya.
“Hari ini tidak ada referendum terkait kemerdekaan Catalunya,” ujar
Rajoy dalam sebuah konferensi pers pada Senin (2/10) pagi. Ia
menambahkan bahwa mayoritas penduduk Catalan telah mematuhi hukum dan
tidak memberikan suara, dan mendesak pemerintah lokal menyerah pada
aspirasi kemerdekaan mereka.
Menyerah terhadap aspirasi tersebut nampaknya tidak mungkin, namun Guardian mengatakan bahwa
deklarasi kemerdekaan sepihak kemungkinan dapat berujung pada Madrid
yang mengambil alih pemerintah regional Catalunya. Dan sebaliknya, hal
ini dapat memperparah keretakan antara pihak separatis dan pemerintah
pusat, dan kemungkinan akan memicu lebih banyak kekerasan.
Pada Senin (2/10) pagi, tidak ada pihak yang siap untuk menyerah.
Pemerintah Catalunya mengatakan bahwa pihaknya akan melaksanakan rapat
kabinet tertutup untuk mendiskusikan langkah selanjutnya dalam rencana
untuk mendeklarasikan kemerdekaan; sementara itu, Rajoy berencana akan
mengadakan rapat dengan para pemimpin Partai Rakyat, dan telah meminta
diadakannya pertemuan dengan pemimpin oposisi Partai Sosialis untuk
mendiskusikan krisis yang meningkat ini.
Survei yang baru-baru ini dilakukan oleh pemerintah Catalan
menunjukkan bahwa 41 persen masyarakat di wilayah tersebut ingin
berpisah dari Spanyol, namun 70 persen peserta survei mendukung hak
masyarakat Catalan untuk melakukan pemungutan suara. Setelah tindakan
keras yang dilakukan oleh polisi dan kerasnya pendirian Rajoy, nampaknya
kedua angka tersebut akan semakin meningkat
Bank ING
dari Belanda melihat bahwa pisahnya Catalunya dari Spanyol ini mempunyai
dampak ekonomi yang proporsional lebih besar ketimbang Brexit karena
kawasan tersebut akan secara otomatis keluar dari Uni Eropa. Awal
Oktober ini, referendum tersebut mulai digulirkan bagi warga provinsi
tersebut termasuk warga di kota Barcelona.
Geoffreg
Minne, ekonom ING mencatat bahwa kebijakan referendum ini mempunyai
dampak biaya yang besardan kebanyakan bersifat politis turun-temurun,
dimana aktivis-aktivis Catalan menyatakan bahwa perpisahan ini dapat
membawa perekonomian penduduk Catalan bisa lebih sejahtera.
Minne
memperkirakan bahwa Catalexit bisa membuat perilaku konsumen menghadapi
ketidakpastian dan penurunan konsumsi rumah tangga. Sebanyak 62% dari
warga Catalan merasa kuatir terhadap masa depan dengan perpisahan
tersebut. 31% hasil responde ING tersebut merasa senang dengan
perpisahan.
Minne juga
menambahkna bahwa kekuatiran yang bisa berubah menjadi panik terhadap
ketidakpastian konsumen dapat membuat kontrol modal perbankan akan
mundur, disertai dengsn turunnya investasi bisnis. Minne juga
menambahkan bahwa ketidakstabilan politik dapat juga mengurangi belanja
investasi kawasan.
Minne juga
mencatat bahwa berpidah dari Spanyol maka Catalunya harus keluar dari
Uni Eropa, dimana sebagian besar perusahaan asing dan perusahaan lokal
sendiri sangat kuatir dengan langkah Catelexit tersebut, sehingga
investasi bisa tertunda atau dialihkan ke wilayah lain diluar Catalunya.
Selama 3
tahun terakhir, Uni Eropa menyumbang 65% ekspor ke Catalunya dan
tercipta 70% investasi asing yang baru di kawasan tersebut. Diakhir
catatannya, Minne berpendapat bahwa pendirian Republik Catalan merupakan
proyek yang mahal dan sebagian besar biaya yang bisa dipotong
tergantung niat baik dari Spanyol dan Uni Eropa.
0 Komentar