Ticker

6/recent/ticker-posts

Malaikat Tak Bersayap

Cerpen yang betul-betul cerpen ini saya tulis lima tahun yang lalu. sebuah hasil karya pertama saya yang sangat teramat sederhana untuk memenuhi hasrat saya untuk belajar mengelola blog saat itu.


Senin 29 05 2012,  Seorang pria ( 17 tahun ) duduk
termenung di teras depan rumahnya, ia sedang merenung sambil merokok dan minum kopi.. tiba-tiba alunan suara berda teriakan terdengar dari dalam rumahnya, “ Toni, bantu ayah menjaga adikmu nak “… tanpa mebalas sepatah katapun, ia pergi  meninggalkan rumahnya tanpa menghiraukan perintah ayahnya. Sang ayah pun yang telah menunggu lama, keluar.. air matanya menetes saat melihat anaknya pergi meninggalkan rumah tak menghiraukan perintah ayahnya.. ia seolah sosok rapuh yang mencoba setegar karang di antara hempasan ombak. Ia tidak begitu menunjukkan kesdihannya dan lansung masuk menjaga anaknya yang masih kecil itu sembari menahan rasa sakitnya yang membuat ia harus menyuruh toni anaknya merawat adiknya itu.
                Siang berganti malam begitulah alur hidup ini. Toni kembali dengan bibir yang tak melukiskan senyum sedikitpun.. ia masuk kedalam rumah yang sederhana itu tanpa menghiraukan apapun, bahkan di saat sang ayah memanggilnya kembali “ Ton, kemari sebentar nak, “ ia hanya berlalu tanpa kata sedikitpun “ Ton, ayah memanggilmu nak,, sampai kapan kau akan bersikap dingin terhadap ayah, sampai kapan kau tak menghiraukan ayah, kau telah berumur 17 tahun, tapi tak sedikitpun kau mencoba dewasa menghadapi hidup ini “…  dengan wajah yang nampak kesal iapun berbalik dan membalas pertanyaan ayahnya “ Ayah yang seharusnya bertanya pada diri ayah sendiri, apa pantas toni tersenyum pada ayah, ayah tak sedikitpun membuat toni senang, ayah tak sedikitpun membuat toni bangga memiliki ayah.. dasar tukang becak. Tau tidak, Toni juga ingin seperti orang-orang lain ayah, hidup kaya, punya motor, mobil, makan di restoran, hidup berkecukupan, tapi apa.. Ayah tak pernah memberi itu pada toni “… ia pun masuk kedalam kamar dan tertidur pulas, meninggalkan sang ayah yang kembali tertunduk lesuh.. ia tak tau harus berbuat apa, ia tau ia harus bertanggung jawab terhadap anak-anaknya, tapi disisi lain ia ta, hidup ini telah memposisikan dirinya seperti itu, ia takkan mampu menjadi seperti apa yang di blang toni anaknya.
                Pagi kembali datang menggantikan malam yang begitu terasa panjang, saat toni terbangun ia tau ayahnya telah pergi bekerja.. ia pun berganti pakaian lalu berangkat menuju sekolahnya tanpa menghiraukan lauk yang telah di siapkan oleh ayahnya pagi hari… Takdir terkadang menjadi suatu hal yang pasti, terkadang kita di posisikan untuk tak mampu memilih,,, pagi itu menjadi awal cerita yang membuat ia tersadar meski kesadaran itu harus di bayar dengan mahal. Saat mencoba menyebang jalan, toni yang tak memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang disektarnya akhirnya tertabrak sebuah mobil pick up yang berkecepatan tinggi dan menghantap tepat di bagian jantungnya.
                “ Linda bagaimana keadaan abang mu “ tanya sang ayah yang nampak gelisah saat datang kerumah sakit tempat toni dirawat kepada anaknya adik toni. Sang ayah yang sedang dilanda gelisah itu terus menunggu dokter yang merawat toni..  dokter yang ditunggupun terlihat telah keluar dari ruang perawatan “ dok.. dok/.. bagaimana keadaan toni anak saya dok, apa dia baik2 sja, apa ia tdk knp2 dok..” ..=>  “ kami sudah berusaha maksimal pak,, tabrakan itu menyebabkan jantung toni hampir tak dapat berfungsi lagi, ia harus mendapat donor jantung secepatnya, kalau tidak ia tdk akan selamat “ jawab sang dokter dan segera berlalu pergi. Ayah toni lansung tertunduk layu, ia berjalan tesungkai-sungkai memikirkan nasib anaknya.. linda adik toni pun datang “ ayah, abang gimana ayah , abang gimana ayah,, yah abang gimana”.. “ abang gk papa kok nak km tenag saja “..
                Hari terus berlalu saat toni sudah tersadar dari komanya.. “ bang,, katanya abang sudah mendapatkan donor jantung yahh kata dokter, tapi kenapa ia tak mau di sebutkan namanya “.. dengan wajah datar toni menjawab “ baguslah, abang sudah tidak tahan seperti ini, abang pingin sembuh,, abang pingin sembuuuhhhhh “. Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, ternyata sang dokter yang datang “ saudara toni, anda harus menjalani operasi jantung sekarang juga, jantung anda sudah tidak mampu lagi menjalankan fungsinya, secepatnya anda harus menjalani transpalantasi jantung “. “ baik dok, lakukan sekarang, saya tidak mau trus seperti ini”.. lind pun terdengar mengeluh “ abang . tunggu ayah dulu, apa abang mau operasi tanpa ada ayah “ … “ persetan dengan ayah.. ia tak ada gunanya, bahkan di saat abang seperti ini ia tak ada”…
                Operasi pun berhasil, seminggu setelah operasi toni akhhirnya sudah bisa keluar dari rumah sakit,  tp keganjilan terjadi, seminggu ini juga sang ayah tak pernah datang menjenguk anaknya, ia tk pernah terlihat sedikitpun. Toni pun pulang beserta adiknya.. dunia seolah bergetar, hati sang anak rasanya teriris, dunia seakan menjadi gelap penuh duka, saat ia membaca sepucuk surat di atas sebuah meja di dalam rumahnya
Untuk toni anak ayah tersayang :
Nak, hidup ini memang rasanya tak pernah adil, 
beberapa orang di luar san hidup penuh dengan kemewahannya,
sedang kita hidup dengan kekurangan kita.
 Hidup tak pernah membiarkan kita memilih anakku,
 kita seringkali hanya di perhadapkan dengan takdir yang memaksa kita untuk tertunduk menerimanya
Tapi anakku ingat kata2 ayah, meskipun kita hidup seperti ini, kita masih saling memiliki
Kita masih punya tuhan yang selalu menjaga kita
Itu lah kebahagiaan kita
Saat kau terbangun, mungkin kau tak akan melihat sosok ayah lagi
Tapi, ayah selalu ada, ayah ada di dalam ragamu, ayah ada di setiap derap jantungmu
Ayah selalu menyayangimu TONI anakku
                Surat itu membuat toni kini tersadar, ia tidak lagi seperti dahulu, ia tahu ayahnya tak ada lagi, tapi ia juga sadar ayahnya kini ada di dalam dirinya. Ia kini menjadi sosok yang berbeda. Minggu pagi saat ia libur, ia beranjak ke makam ayahnya dan menyimpan sebuah surat untuk ayahnya, berharap ayahnya akan merasakan surat itu
Surat  untuk ayah :
Ayah.. ku ingin kau tau btapa ku mencintaimu ayah
Ku ingin ayah tau betapa berharganya ayah bagi hidupku
Sesosok malaikat tak bersayap yang menyembuhkan lukaku di balik embun yang datang di pagi hari
Malaikat yang memberiku nafas kehidupan di setiap hariku , bahkan sampai  sayapmu jatuh dan patah
Ayah.. ku ingin memeluk mu untuk yang pertama dan mungkin yang terakhir kalinya
Ku ingin mendekap erat tubuhmu ayah, membelai rambut putih yang kian menua
Ayahhh.. setiaf nafasku adalah roh bagimu, setiap senyumku selalu jadi kebahagiaanmu
Terkadang kita di hadapkan untuk tak berada pada sebuah pilihan
Terkadang ia datang menjadi sebuah takdir yang memberikan cerita baru dalam hidup ini
Ayah.. Maafkan aku yang tak mampu menggores senyuman di masa-masamu
Tak mampu memberikan sedikit cerita indah dalam hidupmu
Bahkan samapai akhir hidupmu kau masi mampu berkata, setiap ukiran senyum di bibirku adalah tetesan embun yang menyejukkan pagi-pagimu
Biarkan raga ini menjadi saksi bisu akan sumpahku, ku akan selalu menjagamu ayah
Ku akan mengukir senyum di bibirmu hingga suatu saat kau tersenyum dan berkata dengan bangga
“ INI ANAKKU “ wahai malaikat tak bersyapku

Posting Komentar

0 Komentar